Nyokabar Pringsewu. Kabupaten Pringsewu, satu dari 15 daerah otonom
kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Kabupaten Pringsewu beribukota di kota
Pringsewu, berjarak 38 km dari ibukota Provinsi Lampung, Bandar Lampung,
mempunyai luas wilayah 625 km2, berpenduduk kurang lebih 475.353 jiwa .
Kabupaten Pringsewu
terdiri dari 131 desa/kelurahan, yang tersebar di 9 kecamatan, yakni
masing-masing Kecamatan Pringsewu, Pagelaran, Pagelaran Utara, Pardasuka,
Gadingrejo, Sukoharjo, Ambarawa, Adiluwih, dan Kecamatan Banyumas.
Kabupaten Pringsewu
berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah di sebelah utara, di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran, di sebelah barat dan selatan berbatasan
dengan Kabupaten Tanggamus.
Sejarah Pringsewu
diawali dengan berdirinya sebuah perkampungan (tiuh) bernama Margakaya pada
tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-Pubian yang berada
di tepi aliran sungai Way Tebu (4 km dari pusat Kota Pringsewu ke arah selatan
saat ini).
1787 tahun
berikutnya yakni pada tahun 1925 sekelompok masyarakat dari Pulau Jawa, melalui
program kolonisasi pemerintah Hindia Belanda, juga membuka areal permukiman
baru dengan membabat hutan bambu yang cukup lebat di sekitar tiuh Margakaya
tersebut.
Mengupas sejarah
kota Pringsewu kita tidak akan pernah meninggalkan sejarah transmigrasi pertama
di negeri ini yang dilakukan oleh Belanda tahun 1905. Dari sejarah yang ada,
transmigrasi di Indonesia dimulai saat Pemerintah Hindia Belanda secara
terkoordinasi menjadi koloni baru di Lampung.
Transmigrasi pertama
ini memindahkan 23 kepala keluarga yang terdiri dari 77 jiwa warga masyarakat
Sukadana Kecamatan Begelen Jawa Tengah menuju wilayah Lampung yang kemudian
menempati koloni baru dinamai Bagelen juga.
Dari koloni pertama
tahun 1927 masyarakat yang berasal dari pulau jawa mulai melakukan migrasi
menuju berbagai tempat untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Maka
perpindahan berikutnya terjadi.
Daerah bagian barat
sungai Bulok menjadi tempat tujuan mereka maka jadilah desa Sidoharjo yang
artinya ‘sido” jadi dan harjo adalah sejahtera, maka terbentuklah desa
Sidoharjo di awal tahun 1920 an.
Sementara sebagian
masyarakat yang berpindah ke Sidoharjo sebagian memilih area dekat pasar
Pringsewu yang banyak ditumbuhi pohon bambu liar dan berukuran besar. Setelah tempat
tersebut dibuka diberilah nama tempat tersebut Pringombo. Tempat yang awalnya
ditumbuhi pohon bambu liar berukuran besar.
Pringsewu di fase
awal berdiri dengan Wedana pertama yakni Bapak Ibrahim hingga 1943. Selanjutnya
Kawedanan Tataan berturut-turut dipimpin oleh Bapak Ramelan pada tahun 1943,
Bapak Nurdin pada tahun 1949, Bapak Hasyim Asmarantaka pada tahun 1951, Bapak
Saleh Adenan pada tahun 1957, serta pada tahun 1959 diangkat sebagai Wedana
yaitu Bapak R.Arifin Kartaprawira yang merupakan Wedana terakhir hingga tahun
1964.
tempat lain untuk
mencari hidup yang lebih baik. Selanjutnya, pada tahun 1936 berdiri
pemerintahan Kawedanan Gedong Tataan dengan ibu kota Pringsewu. Cerita panjang
perjalanan orang-orang dari Jawa Tengah yang mengikuti program transmigrasi
pemerintah Hindia Belanda berahir pada Pringsewu Tempat di Sumatra Rasa Jawa
Tengah.
Dimana hari ini
menjadi daerah yang cukup aman dan kondusif untuk ditinggali. Sebagian penduduk
Bagelen yang pindah ke Tambah Rejo dan Wates mulai menetap di daerah tersebut
sebagian, sebagian masyarakatnya menginginkan hidup lebih baik lagi.
tempat tempat lain,
kebanyakan menuju arah barat yang kala itu masih merupakan hutan bambu.
Penyebaran saat itu menuju daerah baru yang kemudian diberi nama Tambah dan sebagian
di Gading Rejo.
Dari tempat tersebut
lantas menyebar di area terjauh yang ahirnya diberi nama Wates. Arti Tambah
Rejo adalah bentuk harapan masyarakat karena arti “rejo” adalah baik maka kata
Tambah Rejo adalah sebuah harapan untuk jadi lebih baik di desa yang baru.
Sementara desa Wates
adalah batas ahir mendirikan bangunan sampai di ujung desa; maka itu disebut
desa Wates. Selain dari Tambah Rejo dan Wates sebagian besar melakukan
perpindahan ke daerah yang disebut Pringsewu.
Karena begitu
banyaknya pohon bambu di hutan yang mereka buka tersebut, oleh masyarakat desa
yang baru dibuka tersebut dinamakan Pringsewu, yang berasal dari bahasa Jawa
yang artinya Bambu Seribu.
Saat ini daerah yang
dahulunya hutan bambu tersebut telah menjelma menjadi sebuah kota yang cukup
maju dan ramai di Provinsi Lampung, yakni yang sekarang dikenal sebagai
‘Pringsewu’ yang saat ini juga merupakan salah satu kota terbesar di Provinsi
Lampung.
Selanjutnya, pada
tahun 1936 berdiri pemerintahan Kawedanan Tataan yang beribukota di Pringsewu,
dengan Wedana pertama yakni Bapak Ibrahim hingga 1943.
Selanjutnya
Kawedanan Tataan berturut-turut dipimpin oleh Bapak Ramelan pada tahun 1943,
Bapak Nurdin pada tahun 1949, Bapak Hasyim Asmarantaka pada tahun 1951, Bapak
Saleh Adenan pada tahun 1957, serta pada tahun 1959 diangkat sebagai Wedana
yaitu Bapak R.Arifin Kartaprawira yang merupakan Wedana terakhir hingga tahun
1964, saat pemerintahan Kawedanan Tataan dihapuskan.
Pada tahun 1964,
dibentuk pemerintahan Kecamatan Pringsewu yang merupakan bagian dari wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Selatan sesuai dengan Undang-undang Nomor
14 Tahun 1964, yang sebelumnya Pringsewu juga pernah menjadi bagian dari
Kecamatan Pagelaran yang juga beribukota di Pringsewu.
Dalam sejarah
perjalanan berikutnya, Kecamatan Pringsewu bersama sejumlah kecamatan lainnya
di wilayah Lampung Selatan bagian barat yang menjadi bagian wilayah
administrasi Pembantu Bupati Lampung Selatan Wilayah Kotaagung, masuk menjadi
bagian wilayah Kabupaten Tanggamus berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun
1997, hingga terbentuk sebagai daerah otonom yang mandiri.
Kabupaten Pringsewu
merupakan wilayah heterogen terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, dengan
masyarakat Jawa yang cukup dominan, disamping masyarakat asli Lampung, yang
terdiri dari masyarakat yang beradat Pepadun (Pubian) serta masyarakat beradat
Saibatin (Peminggir).
Kabupaten Pringsewu
dibentuk berdasarkan UU Nomor 48 Tahun 2008 yang diresmikan oleh Mendagri H.
Mardiyanto pada 3 April 2009. (dari berbagai sumber) []



Tidak ada komentar:
Posting Komentar